DaisypathAnniversary Years Ticker
Lilypie 6th to 18th PicLilypie 6th to 18th Ticker
Lilypie 3rd Birthday PicLilypie 3rd Birthday Ticker

Senin, Juni 29

semalam di tenggarong (2)


dalam rangka mengisi liburan anak sekolah kali ini tadinya keluarga somantri berencana traveling ke banjarmasin, hanya karena menurut beberapa teman jarak antara bpn-banjarmasin sangat jauh (kurleb 11 jam perjalanan non stop), belum lagi jalannya yang akhir2 ini kabarnya kurang bagus, juga karena permintaan nenek dan kakek-nya abang,adek yang sedang liburan dirumah.
akhirnya abah dan ibu memutuskan untuk pergi berlibur ketenggarong lagi kali ini.




sabtu jam 6 pagi, kami berangkat dari rumah. langit masih terlihat sedikit gelap dengan semburat kemerahan diantaranya. jalanan masih sepi, sesekali saja kami berpapasan dengan para motor tukang sayur yang dipacu dengan kecepatan tinggi. udarapun masih berhembus sejuk.






adek duduk dipangkuan kakek dijok belakang, abang dan nenek duduk dijok tengah sambil asyik memperhatikan film kartun di dvd portable didepannya.
ibu duduk menemani abah mengemudikan mobil sambil sesekali memperhatikan pemandangan dibalik kaca jendela. what a perfect dawn! masyaAllah.., bathin ibu




sekitar jam 7.30-an kami berisirahat sekaligus sarapan dulu di RM Tahu Sumedang, yang berada di jalur KM 10 Balikpapan-Samarinda.
kami langsung memesan makanan dan minuman hangat, salah satunya tahu sumedang. untuk 1 porsi tahu, berisi 10 potong tahu berukuran kecil dihargakan Rp.10.000 rupiah.
soal rasa -menurut ibu- kurang lebih sama dengan tahu sumedang pada umumnya, tapi untuk sambelnya jauh lebih enak sambel tahu RM. Tahu Coel Ponyo yang berada di jalur Subang-Bandung. disamping lebih besar ukurannya, juga lebih gurih dan lebih murah tentunya. :-)


menyoal harga, harga-harga di balikpapan memang termasuk tinggi, jauh lebih tinggi 2 x lipat atau bahkan lebih dibanding harga-harga di Pulau Jawa. dan harga-harga yang sudah bisa dibilang mahal tersebut masih terus merangkak naik sampai sekarang.
dulu alasan yg dipakai para penjual saat menaikan barang dagangannya yaitu karena harga BBM naik. tetapi setelah harga BBM diturunkanpun harga-harga barang tetap saja naik. :-(





kenaikan tersebut tidak hanya disektor pangan saja, hampir semua barang yang dijual di Balikpapan naik semua. Salah satunya termasuk harga rumah, bayangin saja, pertama kali datang ke BPN, harga 1 unit rumah tipe 75 di sebuah komplek perumahan elite di BPN seharga kurleb RP. 600 jt-an. sekarang dg tipe dan lokasi yang sama harganya sudah mencapai RP.900 jt/ 1 unitnya. Gila bukan !!. ufhh jadi sebel dengarnya...





kembali keawal cerita!.
setelah itu, kami langsung melanjutkan kembali perjalanan menuju tenggarong. terakhir menggunjungi Tenggarong sekitar 1.5 tahun yll, hampir tidak ada perubahan sepanjang perjalanan yang kami lewati. jalan masih tetap sempit dan banyak lubangnya. rumah2 sepanjang sungai mahakam masih terlihat sederhana, perahu nelayan dan kapal pengangkut batu bara masih terlihat berlalu lalang ada juga yang terparkir disekitar sungai.




begitupun saat memasuki kawasan kota Tenggarong, hampir tidak ada perubahan yang mencolok, semua tampak sama ; sepi, dan terlihat kelabu.
abah dan ibu memutuskan menginap kembali di Hotel Singgasana.
tidak jauh beda, hotel inipun masih tetap terlihat sepi, juga terlihat lebih coklat dari sebelumnya. hanya saja kali ini kami dilayani oleh resepsionis, seorang perempuan muda, yang sedikit menjengkelkan -menurut ibu dan abah.




seharusnya bagi hotel yang bisa dibilang sepi pengunjung, setiap tamu hotel adalah raja. hal yang wajar jika para tamu lebih "di manjakan" dibandingkan ditempat lainnya, misalnya dengan disambut dengan ucapan yang hangat dan ramah, diberikan kamar yang ber-view indah, atau bisa juga dengan diberikan minuman gratis saat check in, karena setiap tamu hotel pastinya kebanyakan adalah pelancong yang menyengaja datang ke Tenggarong untuk berwisata. dengan pelayanan yang menyenangkan seperti itu tentunya mereka akan datang kembali menginap ditempat yang sama pada kesempatan berikutnya.




tetapi tidak seberuntung tahun lalu, saat check in, si resepsionis malah memberikan kamar yang berpemandangan atap genteng yang kotor, dengan sebuah batang pohon besar yang menutupi jendela kamar tidur kami hampir sebagiannya. selain itu udara kamar tersebut terasa begitu lembab dan bauk apek.




begitupun dengan kamarnya nenek dan kakek, tidak berbeda jauh dari kamarnya abah dan ibu. hanya berpemandangan pelataran parkir motor yang penuh daun kering berserakan dan sebuah cerobong asap dari dapur dibawahnya.




saat kami minta pindah kamar -ke kamar yang sama dengan yang pernah kami sewa tahun lalu dengan pemandangan perbukitan yang hijau- si resepsionis malah berkata, "kamarnya baru saja dipakai orang, belum dibereskan".
ketika ditanya kepastian dibereskannya, si mbak itu menjawab "tidak tahu", berulang-ulang, dengan ketus dan raut muka yang tidak ramah.





karena ibu keukeuh ingin pindah, akhirnya resepsionis tersebut menawarkan 2 kamar lainnya dilantai lebih tinggi, dengan pemandangan dan udara kamar lebih baik dari sebelumnya (padahal sepertinya kamar2 dideretan bawahnya masih banyak yang kosong).
jadinya kami harus naik dan turun beberapa tangga untuk mencapai KT. kasihan nenek-nya abang dan adek jadinya, lututnya terasa lebih sakit dari sebelumnya jadinya.

***



saat malam tiba, kota tenggarong berubah nuansanya. yang tadinya terlihat kelabu, tampak cantik dengan ribuan kilauan lampu disepanjang jembatan dan pulau dibawahnya. begitupun lampu-lampu hias dengan aneka warna dan bentuk berdiri disekitar jembatan, menghiasi gedung perkantoran yang megah dan mewah.





ibu jadi teringat pertunjukan sirkus yang pernah ibu lihat saat muda dulu. yaitu ketika sebuah adegan ditampilkan, maka sorot lampu hanya menyorot pada tokoh utama adegan tersebut, sementara disekelilingnya gelap gulita. kalau diibaratkan, sepertinya jembatan,kantor pemerintahan, dan pulau kumala itu adalah tokoh utamanya, yang mendapat sorotan lampu gemerlap sementara ditempat lainnya gelap, seperti tidak ada kehidupan.







tapi, mungkin itulah salah satu daya tarik kota Tenggarong yaitu keindahan jembatannya pada malam hari. dan mungkin itu juga salah satu hal yang membuat abah dan ibu kembali berkunjung ke Tenggarong lagi.






mungkin kalau pemerintah daerahnya mau menata kembali tempat-tempat yang berpotensi besar menjadi objek wisata, seperti misalnya koleksi benda2 sejarah dan data2 sejarahnya dimusium Mulawarmannya diperbanyak.
SDM planetariumnya ditingkatkan baik wawasannya maupun kecakapan tekhnisnya.
apalagi kalau sampai dibuat jembatan yang bisa menghubungkan antara jalan utama tenggarong dengan pulau kumala, sehingga bisa mempermudah orang untuk berkunjung kesana.
atau bisa juga dengan memanfaatkan potensi sungai mahakam sebagai objek wisata, misalnya dengan menyediakan perahu wisata besar yang bisa mengajak semua penumpangnya berkeliling disepanjang sungai mahakam, dengan fasilitas tempat makan, musik, dan pemandu wisata, dengan harga yang terjangkau.





tapi yang terpenting adalah memperbaiki dan memperlebar jalan sebagai akses menuju kesana.
Dengan begitu bagi masyarakat yang ingin berlibur tetapi dengan waktu dan dana terbatas, maka kota tenggarong bisa menjadi alternatif tujuan wisata yang mengasyikan, berbiaya murah, dan mudah untuk dicapai, serta sarat akan nilai sejarahnya.
Pastinya orang akan lebih memilih berlibur ke Tenggarong dibandingkan tempat lainnya yang lebih sulit dijangkau lewat jalan darat.
iya kan..?










Tidak ada komentar: