DaisypathAnniversary Years Ticker
Lilypie 6th to 18th PicLilypie 6th to 18th Ticker
Lilypie 3rd Birthday PicLilypie 3rd Birthday Ticker

Sabtu, Januari 26

Hari Kamis yang menyebalkan

Kamis pagi seperti biasanya ibu sudah sibuk didapur, mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan, rencananya hari itu ibu akan membuat mie goreng makanan kesukaan abang dan abah, setelah siap semua bahan ibu kemudian menyalakan kompor gas untuk mulai memasak, olala rupanya gasnya habis, tidak sedikitpun ada api yang keluar, dengan kecewa ibu mengurungkan niatnya membuat mie goreng. Ugh padahal dirumah lagi tidak ada roti, jadi sarapannya apa dong..? bathin ibu bingung.
Akhirnya pagi itu keluarga somantri sarapan hanya dengan segelas susu saja.


Jam 8 pagi, ibu, abang, dan adek terlihat sudah berpakaian rapi, pagi itu ibu memang berencana berobat ke medical clinic yang berada di pasir ridge, jauh sih, tapi mau gimana lagi, semenjak tanggal 1 Januari 2008, kartu berobat yang biasanya bisa dipakai untuk berobat ke berbagai rumah sakit yang bekerjasama dengan perusahaan tempat abahnya kerja tidak berlaku lagi, jadi terpaksa ibu harus berangkat ke pasir ridge lebih awal, menghindari macet sepanjang Jalan Sudirman.



Sampai di klinik jam menunjukan angka 9, waktu yang ditempuh lebih lama dari sebelumnya, karena ibu harus mampir dibeberapa toko untuk membeli beberapa bekal makanan dan minuman buat abang dan adek. Saat itu juga ibu langsung daftar ke resepsionis. Beberapa pasen (bapak-bapak) terlihat asyik ngobrol satu sama lain diruang tunggu. Satu persatu bapak-bapak itu mulai dipanggil oleh dokter yang akan memeriksanya. Abang dan adek tampak senang berada ditempat itu, mereka asyik berlari kesana kemari, sambil sesekali memperhatikan ikan-ikan kecil dalam aquarium diruangan tersebut.

Jam 10 ibu masih belum dipanggil, padahal ibu merasa sudah mulai bosan, tapi belum ada tanda-tanda ibu akan dipanggil, sementara orang yang berobat semakin bertambah, ugh...
Iseng-iseng ibu tanya pada pegawai resepsionis tentang hal itu, tapi si ibu resepsionis cuman menjawab, sabar, tunggu dipanggil aja, file nya sudah masuk koq. Fhh.. sudahlah... rupanya ibu harus belajar bersabar, seperti yang dikatakan si ibu itu.

Setengah jam berlalu, ruang tunggu semakin lengang oleh pengunjung, sesekali orang keluar masuk ruangan, tapi ibu masih belum dipanggil juga, "mas, saya koq belum dipanggil juga yah..? padahal sudah 1 jam lebih, mungkin file saya belum masuk ke meja dokter kali, ini pertama kali saya berobat" tanya ibu pada resepsionis satunya lagi. "maaf ya bu, dokter yang meriksa cuman satu, dan yang diutamakan pegawai dulu" jawabnya sambil tersenyum ramah.
Oh... nasib ! sampai kapan ibu dan anak-anak menunggu..??? Sementara pasen pegawai terus berdatangan. Sungguh tidak adil bathin ibu kesal, kepala ibu terasa berdenyut-denyut jadinya.
11.15 dokter yang bertugas akhirnya memanggil nama ibu, bergegas ibu, abang dan adek memasuki ruangan pemeriksaan.
Tidak beberapa lama, ibu keluar dengan membawa secarik kertas resep obat. Lagi-lagi ibu harus kembali menunggu antrian obat, untung saja hanya sebentar. Setelah mendapatkan obatnya, saat itu juga ibu, abang, dan adek masuk kedalam mobil yang akan membawa mereka kembali kerumah.
Sampai dirumah jam menunjukan hampir jam 1 siang, perut ibu sudah melilit lapar, abang dan adekpun tampak kelelahan setelah sekian jam berlari-larian didalam ruangan di medical. Tiba-tiba ibu teringat tidak ada makanan apapun dirumah, gara-gara isi tabung gas habis sejak tadi pagi. Karena kompor tidak bisa menyala akhirnya ibu mengeluarkan alat memasak yang selama ini jarang ibu pakai, dikarenakan cara pemakaiannya yang boros listrik. Dulu sewaktu ibu masih tinggal di duri camp, ibu tidak pernah peduli dengan daya listrik dari setiap barang dirumah, karena perusahaan sudah menanggung biaya listrik dari masing-masing rumah yang ada di camp. Begitupun dengan pemakaian air bersih, begitu melimpah ruah air yang tersedia disetiap rumah, bagaimana tidak begitu, perusahaan mempunyai water treatment plant dengan standar luar negeri sendiri, kontras dengan penduduk sekitar camp yang kesulitan mendapatkan air bersih, dikarenakan kondisi geografis, dan juga kurang adanya perhatian dari pemerintah akan prasarana air bersih disana. Makanya ibu dan mungkin semua penghuni camp duri tidak pernah dipusingkan dengan listrik dan air. Tapi semenjak ibu pindah ke balikpapan, ibu mulai memperhatikan daya listrik dari masing-masing barang listrik dirumah, ibu tidak ingin biaya listrik membengkak hebat, jadi sedikit-sedikit ibu mulai belajar berhemat khususnya dalam pemakaian listrik dan air. Saat membuka kran air, air yang keluar tidak sederas biasanya, hanya sebesar jari kelingking, lama-kelamaan air menetes sesekali dan selanjutnya tidak sedikitpun air yang keluar dari kran itu. "Ya Alloh..." gumam ibu, saat itu ibu bisa merasakan bagaimana orang yang kesusahan mendapatkan air bersih. Saatnya menggunakan tandon air!
Ada nasihat yang diberikan beberapa teman abah dan ibu saat ibu memutuskan akan tinggal di balikpapan, yaitu membeli tandon air, dan genset. Dan inilah saatnya ibu mempergunakan tandon air yang abah beli saat pertama kali sampai dibalikpapan.
Air tandon mengalir terasa lebih dingin dari air sebelumnya. Panci listrik berdaya besar yang sudah lama tersimpan dilemari akhirnya terpakai juga hari itu. Ibu mengisinya dengan sedikit air, 2 bungkus mie instan dan beberapa telur ayam berserak disampingnya. Tidak ada pilihan lagi, ibu akan memasak mie dan telur-telur itu dalam panci listrik tersebut, membayangkannya saja perut ibu semakin melilit-lilit. Beberapa saat setelah menyambungkan kabel listrik lampu tanda memasak tidak menyala seperti biasanya. Ibu mencabut dan mencucukan kabelnya berkali-kali tetapi tetap lampu itu masih mati. "aduhh rus.... o..ow... jangan... jangan.." gumam ibu sambil menyalakan lampu kontak disebelahnya. Dan lampu save energy diatas ibupun ikut-ikutan mati, bibir ibu terasa kelu, setetes air mengalir dari sudut mata ibu. Perut ibu semakin melilit pedih. Welcome to the real world bu..!!

Baca selengkapnya......

Selasa, Januari 8

sisi lain (dilihat dari sudut pandang ibu)

Ada satu hal yang kurang sreg ibu rasakan saat berbelanja di balikpapan.

Pertamakali ibu berbelanja dipasar klandasan, ibu ingin membeli hati ampela untuk nasi tim buat adek, si ibu penjual menawarkan Rp. 5.000,- untuk 3 buah hati ampela, setelah sepakat ibu langsung membeli 3 buah saja, saat itu ibu memberi uang Rp. 10.000,-, dan si ibu penjual memberi kembalian berupa lembaran uang ribuan. ketika ibu periksa uang kembaliannya itu yang ada cuman ada Rp.4000,- dalam tangan, tapi berhubung ibu sudah jauh meninggalkan penjual itu akhirnya ibu ikhlaskan saja, ibu berfikir mungkin si penjual salah menghitung uang kembaliannya.

Kali berikutnya ibu berbelanja lagi dipasar yang berbeda, saat itu ibu membeli tahu 5 buah dengan harga Rp.5000,-, ibu memberi uang pada sipenjual dengan pecahan Rp. 20.000,-, seperti sebelumnya ibu diberi kembalian uang ribuan lecek yang bergulung-gulung, saat itu ibu tiba2 saja ingin menghitungnya kembali, dan setelah dihitung ulang (dihadapan si penjual) rupanya uang hanya ada Rp. 13.000,-, tentu saja ibu menagih sisa uang kembalian yg masih kurang, si ibu penjual tahu hanya bilang "maaf, gini kalau sudah tua, lali aku..." katanya sambil tersenyum malu, ibu pun ikut tersenyum jadinya.



Berikutnya lagi, ibu membeli kain disebuah toko bahan dipasar bpp, pada awalnya si abang penjual menghargai Rp. 20.000,-/meternya, lalu ibu tawar menjadi Rp. 15.000,- , si abang bilang "18ribu ajah deh mbak" katanya. "nggak ah 15ribu aja yah" bujuk ibu, "ya sudahlah, ambil berapa meter" kata si abang sambil membentangkan kain pilihan ibu. Saat si abang penjual kain bilang "ya sudahlah.." ibu fikir sudah ada kesepakatan harga antara ibu dan penjual di harga Rp. 15.000,-/m, saat ibu memberi uang Rp. 50.000,- untuk 2 meter kain, si abang penjual memberi kembalian sebanyakRp. 14.000,-, Terang saja ibu bingung "lho koq kembaliannya segini, harusnya kan 20ribu", protes ibu, "tadi kan saya bilang satu meternya 18ribu rupiah" sahutnya membela. oh........., ibu hanya melongo dan langsung pergi.

Dan kemarin siang, saat ibu belanja lagi kepasar, abang merajuk ingin dibelikan permen disebuah toko didepan ibu, abang, adek berdiri. Saat ibu tanya harga satuannya, si ibu penjual menjawab "seribu tiga" pada permen berbentuk telapak kaki yang ibu pegang, lalu ibu bertanya harga permen loli disebelahnya yang berbeda bentuk dan kemasannya, lagi-lagi si ibu penjual menjawab "seribu tiga". Lalu ibu membawa 2 buah permen kaki dan 1 permen loli, saat itu ibu fikir harga semuanya cuma Rp.1000,- saja, untuk meyakinkannya ibu tanya kembali pada si ibu penjual "kalau dicampur gimana bu, 2 permen kaki, dan satu permen loli bulat, harganya sama..?" tanya ibu, "iya boleh, harganya sama saja". Lalu ibupun mengambil 3 permen bertangkai tersebut. Saat itu si ibu penjual disibukan dengan pembeli yang lain, akhirnya ibu menunggu beberapa saat untuk membayar ketiga permen itu. Setelah pembeli yang lain pergi ibu langsung memberi selembar uang ribuan pada si ibu penjual, sambil bilang "permennya 3 ya bu". "Wah kurang dong bu, harusnya 2 ribu bayarnya, permen yang bulat itu harganya seribu/satunya, yang kaki harganya seribu tiga.." seru si ibu penjual. "lho katanya tadi sama harganya" sahut ibu kebingungan. "nggak, permen bulat itu harganya seribuan, jadi sampean bawa satu permen kaki lagi biar genap 2 ribu" sahut sipenjual menegaskan. Oh.... , lagi-lagi ibu melongo heran.

Ada kejadian lain lagi yang bikin greget hati ibu.
Saat itu ibu dan abah sedang keluar rumah, dirumah hanya ada nenek, kakek, abang dan adek.
Ketika sedang dalam perjalanan, tiba2 ponsel ibu berdering, tertulis nama kakek dalam display ponsel tersebut. "Hallo pak ada apa..?" tanya ibu, "teteh pesen lontong sayur yah..?" tanya kakek dari ujung tlp, "lontong..??? nggak tuh pak, kenapa gitu..?" tanya ibu kebingungan. "didepan rumah ada penjual lontong, dia mau nganterin lontong pesanan teteh, banyak banget lontongnya, untuk apa teh..?" kata kakek lagi "ah...saya ga pesen lontong kok pak, ga usah diterima, saya ndak pesen apa2 hari ini" sahut ibu lagi menerangkan. Untung saja kakek menelepon ibu terlebih dahulu, kalau tidak, abah harus mengeluarkan beribu-ribu rupiah untuk mengganti pesanan yang tidak pernah ibu pesan.
Beberapa hari berikutnya, ketika ibu sampai di rumah setelah berpergian. Tiba-tiba kakek bicara "teh, tadi ada tukang servis, dia bawa mesin cuci rusak yang dibelakang rumah itu, katanya disuruh aa". Tentu saja ibu agak kaget dibuatnya, seingat ibu, abah tidak pernah bicara tentang servis mesin cuci sebelumnya. Untuk meyakinkan Ibu langsung menghubungi abah, dan yang lebih mengagetkan ibu adalah bahwa abah tidak pernah menyuruh siapapun untuk memperbaikin mesin cuci rusak dirumah.
Tidak beberapa lama kemudian orang berbeda tetapi masih menggunakan seragam yang sama datang lagi, kali ini ibu yang membukakan pintunya. Orang itu bilang, "bu saya dari toko .... servis, mau bawa kulkasnya yang rusak" katanya menerangkan kedatangannya. "maaf pak, kulkas dirumah tidak rusak, bapak salah alamat" sahut ibu. "tapi saya dapat laporan bahwa kulkas dirumah ini rusak" kata tukang servis itu lagi. "kulkasku tidak rusak pak, yang ada mesin cuci kami yang rusak tapi itupun sudah dibawa sama teman bapak" sahut ibu agak ketus, "oya ngomong2, darimana bapak tahu mesin cuci kami rusak..?" lanjut ibu lagi sambil melihat tajam kearah si tukang servis didepannya. "emm... tadi kami mendapat laporan dari... aduh siapa yah namanya..?" sahut tukang servis didepan ibu gagap. Belum lagi ibu bicara, ponsel ibu berdering, rupanya abah yang menelepon "bu, barusan toko.... servis, menelepon katanya mesin cuci kita mau dibetulin atau nggak..?" tanya abah, wah ibu jadi bertambah bingung, tetapi akhirnya ibu ngambil keputusan untuk tidak diperbaiki, karena berbagai alasan. Setelah itu akhirnya tukang servis dan mobilnya pergi. Saat itu ibu tidak bisa berfikir banyak, yang ada ibu sudah mengikhlaskan kalau seandainya mesin cuci rusak itu tidak kembali. Sore harinya, mobil servis barang2 elektronik itu datang lagi sambil membawa mesin cuci rusak. Si tukang servisnya bilang "maaf ya pak, kami salah alamat". (terakhir ibu tahu bahwa tukang servis tau nomor ponsel abah dari kakek).
***
Bukan uang seribu, dua ribu yang ibu permasalahkan, tetapi kejujuran, keterusterangan yang ibu jungjung tinggi. dan sekarang ibu jadi lebih berhati-hati kalau belanja atau apapun itu, dan satu yang pasti ibu tidak akan pernah mendatang lagi penjual yang sama yang -menurut ibu- telah melakukan ketidak jujuran atau ketidak terusterangan.

Baca selengkapnya......

Senin, Januari 7

Sebuah keinginan

Ibu teringat keinginan ibu waktu dulu, saat itu ibu masih sangat kecil, saking kecilnya sampai tangan ibu-pun belum bisa menjangkau rak lemari yang berada dikamar apa dan mamah. Menurut ibu saat itu, banyak benda2 menarik didalam rak lemari tersebut, mulai dari peniti, benang, majalah bergambar pesawat, dan banyak hal lainnya yang selalu membuat ibu ingin selalu memanjat lemari itu. Ada satu keinginan ibu saat itu ; ibu ingin tangan ibu cepat tumbuh panjang hingga ibu bisa menjangkau kedalam lemari tersebut tanpa harus repot menggeser bangku2 berat didekatnya sebagai pijakan ibu memanjat.
Dengan seiring waktu, tanpa ibu sadari, untuk mengambil benda2 menarik dalam rak lemari itu ibu hanya cukup menjulurkan tangan ibu saja. Dan saat ibu menyadarinya ibu sangat senang sekali, dan saat itulah ibu mulai memikirkan hal lainnya.
***



Ketika ibu senang dengan barang2 nya mamah, hampir setiap hari ibu selalu menggunakan barang2 kepunyaan mamah, ntah itu bajunya mamah, sepatu hak tingginya, lipstik, bahkan -maaf- bh mamahpun ibu pakai. Dengan bergaya seperti mamah, ibu merasa sudah menjadi orang besar. Saat itu ibu berfikir "gimana rasanya punya dada besar seperti mamah ya? pasti menyenangkan".
***
Memasuki tahun kedua di sekolah menengah pertama, dada ibu mulai terasa sakit, apalagi saat tersentuh, bahkan sepelan apapun, saat itu mamah membelikan ibu miniset kecil berwarna peach beberapa buah, mamah bilang "dadamu sudah tumbuh teh", dan saat itulah ibu baru merasakan arti mempunyai dada bagi seorang perempuan.

Ketika itu ibu kembali berfikir hal lainnya, hal yang betul2 ibu tidak tahu jawabannya. Dan ibu bersemangat untuk mengingat-ingat hal itu, agar dimana suatu saat ibu mengalaminya ibu bisa menjawab semua teka-teki itu. Saat itu berfikir "gimana rasanya menjadi seorang pengantin, dan gimana rasanya mempunyai perut yang sangat besar (hamil)".
***

8 tahun kemudian, ketika ibu duduk dipelaminan, tunduk dalam kebahagaiaan dan rasa haru yang mendalam, ibu kembali teringat akan keinginan ibu dulu. Saat itu ibu tersenyum karena tinggal 1 lagi pertanyaan yang ibu belum tahu jawabannya.
***
Masuk umur trimester ke-3 kehamilan, perut ibu terlihat sudah semakin besar, dan janin kecil didalamnya semakin lincah bergerak, saat itu hanya satu keinginan ibu, ibu ingin segera melihat dan menimang mahluk kecil yang ada dalam perut ibu tersebut. Dan ibu menjadi sangat tidak sabar karenanya.
***
Mahluk kecil itu sekarang telah tumbuh menjadi anak yang sempurna, dan mempunyai nama, hanya satu keinginan ibu sekarang, ingin melihat dan mendampinginya menjadi manusia dewasa yang berbahagia dan berguna. ***

Baca selengkapnya......

Selasa, Januari 1

Selamat Tahun Baru 2008

Detik-detik menjelang pergantian tahun ibu lalui dengan biasa saja, diluar rumah terdengar bunyi kembang api menggelegar diudara berkali-kali, letupannya yang berwarna-warni membayang dijendela sebelah kiri sofa tempat ibu duduk, sesekali ibu memperhatikan cahaya kembang api dari balik jendela. Sayang keindahan kembang api itu hanya ibu saja yang menikmatinya, abah, adek, abang, nenek dan kakek telah terlelap tidur sejak tadi sore.

Sejak jam 8 malam, keluarga somantri memang sudah keluar rumah, pergi kelapangan merdeka pertamina balikpapan untuk menikmati suasana malam menjelang tahun baru. Dan baru pulang sekitar jam 10 malam, setelah semua orang merasa ngantuk, terkecuali ibu.

Tadi siang ibu memang tidur lama sekali, akhirnya malam ini ibu tidak bisa tidur, untuk menghilangkan rasa bosan sendirian, ibu surfing di internet, sambil sesekali ngotak-ngatik blog yang ibu buat. Sesuatu hal yang membuat kepala ibu puyeng, soalnya ibu tidak begitu tahu tentang hal yang berkaitan dengan blog atau situs. Bisa ditebak setelah sekian jam berkutat dengan blog, hasil akhirnya masih seperti itu juga. Untung saja warna-warni kembang api dilangit cukup menghibur hati ibu yang sedang kebingungan dan sedikit putus asa itu.
Tidak terasa waktu terus berlalu, dan pesta kembang api itupun telah usai. Suasana kembali hening dan gelap, ibu menutup notebook-nya, dan berusaha untuk memejamkan matanya, agar bisa kembali beraktifitas di hari baru, ditahun yang baru.
Selamat Tahun Baru 2008...!!!

Baca selengkapnya......