DaisypathAnniversary Years Ticker
Lilypie 6th to 18th PicLilypie 6th to 18th Ticker
Lilypie 3rd Birthday PicLilypie 3rd Birthday Ticker

Jumat, Februari 13

Hari bersedih

"bu sekarang adalah hari bersedih" ujar bang fathir mengagetkan ibu. Ibu yang sedang asyik menyetir mobil menoleh melalui kaca spion diatas kepala ibu. "kenapa bisa gitu..?" tanya ibu penasaran sambil memperhatikan raut muka bang fathir sesaat. "tadi ada perpisahan ibu guru..., bu umi pindah kelas ..." sahut bang fathir lagi. titik-tikik kecil air menghiasi ujung hidungnya dan bagian atas bibirnya.


Sekilas sosok bu Umi -wali kelasnya bang fathir- berkelebat dalam benak ibu. Seorang perempuan yang memiliki wajah ramah dan sabar, seorang guru yang bisa berkata tegas disaat saat tertentu, juga seorang ibu bagi semua muridnya ketika dikelas.





"oh... memang bu umi pindah kekelas mana..?" tanya ibu sedikit kaget -dan sedikit merasa kehilangan juga- tidak menyangka mendengar kabar sedemikian cepat tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. "ga tau...." bahu bang fathir bergerak terangkat keatas. "tadi temen-temen abang banyak yang nangis.., ada yang bersuara gede banget..., ada yang setengah besar..." ujarnya lagi.


"trus...abang nangis juga..?" lagi-lagi ibu memperhatikan bang fathir melalui kaca spion. "nggak....,sedikit aja sih...cuman.... hiks..gitu ajah.." sahutnya sambil memperagakan menarik nafas berat. "abang nangisnya dalam hati saja.." suaranya memelan. Ibu tidak berkata apapun. tapi sesekali ibu masih memandangi bayangan bang fathir yang serius memperhatikan situasi dibagian luar kaca jendela mobil hitam transparan .



"ga enak yah bu berpisah itu.." ujarnya tiba-tiba, suaranya terdengar serak. Sejenak ibu memandangi bayangan bang fathir lagi. tidak menyangka bahwa kalimat yang barusan ibu dengar itu keluar dari bibirnya yang belum genap berusia 7 tahun. "memangnya abang merasa gimana..?" tanya ibu pelan menyembunyikan emosi. "erm...ga tau..ga enak aja..." abang fathir sedikit menunduk sambil mempermainkan jemarinya, suaranya masih terdengar serak dan sedikit bergetar. "hei..abang kan masih bisa ketemu bu Umi setiap harinya..., diruang guru...atau abang bisa main ke kelas barunya bu umi kalau abang mau.." suara ibu terdengar riang. "kelasnya bu Umi nggak di Istiqomaaahhh lagi buuuu..." ucapnya jengkel "besok bu Umi udah ga masuk sekolah lagi...." nadanya masih terdengar antara jengkel dan sedih.

"eh tadi bu umi kasih kenang-kenangan lho buat semuanya.." tiba-tiba suara abang fathir berubah riang. tanpa ditanya abang langsung nyeroscos. "semuanya dikasih es krim dan kacang ijo.." abang fathir terkikik geli -membayangkan larangan ibu yang dilanggarnya dengan sukses hari ini-. fhh ibu menahan nafas, tapi mengingat peristiwa yang sudah dialami bang fathir disekolah tadi cukup membuat ibu sedikit ikhlas untuk melupakan larangan -mengkonsumsi es disaat sedang batuk pilek- itu sesaat.



"trus abang dan teman-teman ngasih kenang-kenangan apa sama bu Umi..?" tanya ibu tenang. "ga ngasih apa-apa..", "abang cuman bilang makasih aja..., dua kali.." sahut abang fathir datar. "kenapa abang bilang makasih...?" tanya ibu lagi. "erm...karena abang sudah dikasih ilmu....dikasih lain-lain...dikasih banyak deh..." suara abang memelan dan bergetar lagi. "teman abang yang nangisnya gede banget malah ga bilang makasih.., abang aja yang bilang makasih..aneh..." ceroscosnya lagi lebih ringan.



"bang kalau abang dikasi uang sama ibu, abang mau beliin apa buat bu umi..?" tanya ibu sambil memperhatikan arus lalulintas didepan. "ga tau..., lagian bu umi kan besok udah ga masuk sekolah lagi.." ujarnya datar. ibu tidak berkata apa-apa lagi. hanya berkonsentrasi mengemudi. setitik air menggenang dipelupuk mata ibu.






Tidak ada komentar: