Ada satu hal yang kurang sreg ibu rasakan saat berbelanja di balikpapan.
Pertamakali ibu berbelanja dipasar klandasan, ibu ingin membeli hati ampela untuk nasi tim buat adek, si ibu penjual menawarkan Rp. 5.000,- untuk 3 buah hati ampela, setelah sepakat ibu langsung membeli 3 buah saja, saat itu ibu memberi uang Rp. 10.000,-, dan si ibu penjual memberi kembalian berupa lembaran uang ribuan. ketika ibu periksa uang kembaliannya itu yang ada cuman ada Rp.4000,- dalam tangan, tapi berhubung ibu sudah jauh meninggalkan penjual itu akhirnya ibu ikhlaskan saja, ibu berfikir mungkin si penjual salah menghitung uang kembaliannya.
Kali berikutnya ibu berbelanja lagi dipasar yang berbeda, saat itu ibu membeli tahu 5 buah dengan harga Rp.5000,-, ibu memberi uang pada sipenjual dengan pecahan Rp. 20.000,-, seperti sebelumnya ibu diberi kembalian uang ribuan lecek yang bergulung-gulung, saat itu ibu tiba2 saja ingin menghitungnya kembali, dan setelah dihitung ulang (dihadapan si penjual) rupanya uang hanya ada Rp. 13.000,-, tentu saja ibu menagih sisa uang kembalian yg masih kurang, si ibu penjual tahu hanya bilang "maaf, gini kalau sudah tua, lali aku..." katanya sambil tersenyum malu, ibu pun ikut tersenyum jadinya.
Berikutnya lagi, ibu membeli kain disebuah toko bahan dipasar bpp, pada awalnya si abang penjual menghargai Rp. 20.000,-/meternya, lalu ibu tawar menjadi Rp. 15.000,- , si abang bilang "18ribu ajah deh mbak" katanya. "nggak ah 15ribu aja yah" bujuk ibu, "ya sudahlah, ambil berapa meter" kata si abang sambil membentangkan kain pilihan ibu. Saat si abang penjual kain bilang "ya sudahlah.." ibu fikir sudah ada kesepakatan harga antara ibu dan penjual di harga Rp. 15.000,-/m, saat ibu memberi uang Rp. 50.000,- untuk 2 meter kain, si abang penjual memberi kembalian sebanyakRp. 14.000,-, Terang saja ibu bingung "lho koq kembaliannya segini, harusnya kan 20ribu", protes ibu, "tadi kan saya bilang satu meternya 18ribu rupiah" sahutnya membela. oh........., ibu hanya melongo dan langsung pergi.
Dan kemarin siang, saat ibu belanja lagi kepasar, abang merajuk ingin dibelikan permen disebuah toko didepan ibu, abang, adek berdiri. Saat ibu tanya harga satuannya, si ibu penjual menjawab "seribu tiga" pada permen berbentuk telapak kaki yang ibu pegang, lalu ibu bertanya harga permen loli disebelahnya yang berbeda bentuk dan kemasannya, lagi-lagi si ibu penjual menjawab "seribu tiga". Lalu ibu membawa 2 buah permen kaki dan 1 permen loli, saat itu ibu fikir harga semuanya cuma Rp.1000,- saja, untuk meyakinkannya ibu tanya kembali pada si ibu penjual "kalau dicampur gimana bu, 2 permen kaki, dan satu permen loli bulat, harganya sama..?" tanya ibu, "iya boleh, harganya sama saja". Lalu ibupun mengambil 3 permen bertangkai tersebut. Saat itu si ibu penjual disibukan dengan pembeli yang lain, akhirnya ibu menunggu beberapa saat untuk membayar ketiga permen itu. Setelah pembeli yang lain pergi ibu langsung memberi selembar uang ribuan pada si ibu penjual, sambil bilang "permennya 3 ya bu". "Wah kurang dong bu, harusnya 2 ribu bayarnya, permen yang bulat itu harganya seribu/satunya, yang kaki harganya seribu tiga.." seru si ibu penjual. "lho katanya tadi sama harganya" sahut ibu kebingungan. "nggak, permen bulat itu harganya seribuan, jadi sampean bawa satu permen kaki lagi biar genap 2 ribu" sahut sipenjual menegaskan. Oh.... , lagi-lagi ibu melongo heran.
Ada kejadian lain lagi yang bikin greget hati ibu.
Saat itu ibu dan abah sedang keluar rumah, dirumah hanya ada nenek, kakek, abang dan adek.
Ketika sedang dalam perjalanan, tiba2 ponsel ibu berdering, tertulis nama kakek dalam display ponsel tersebut. "Hallo pak ada apa..?" tanya ibu, "teteh pesen lontong sayur yah..?" tanya kakek dari ujung tlp, "lontong..??? nggak tuh pak, kenapa gitu..?" tanya ibu kebingungan. "didepan rumah ada penjual lontong, dia mau nganterin lontong pesanan teteh, banyak banget lontongnya, untuk apa teh..?" kata kakek lagi "ah...saya ga pesen lontong kok pak, ga usah diterima, saya ndak pesen apa2 hari ini" sahut ibu lagi menerangkan. Untung saja kakek menelepon ibu terlebih dahulu, kalau tidak, abah harus mengeluarkan beribu-ribu rupiah untuk mengganti pesanan yang tidak pernah ibu pesan.
Beberapa hari berikutnya, ketika ibu sampai di rumah setelah berpergian. Tiba-tiba kakek bicara "teh, tadi ada tukang servis, dia bawa mesin cuci rusak yang dibelakang rumah itu, katanya disuruh aa". Tentu saja ibu agak kaget dibuatnya, seingat ibu, abah tidak pernah bicara tentang servis mesin cuci sebelumnya. Untuk meyakinkan Ibu langsung menghubungi abah, dan yang lebih mengagetkan ibu adalah bahwa abah tidak pernah menyuruh siapapun untuk memperbaikin mesin cuci rusak dirumah.
Tidak beberapa lama kemudian orang berbeda tetapi masih menggunakan seragam yang sama datang lagi, kali ini ibu yang membukakan pintunya. Orang itu bilang, "bu saya dari toko .... servis, mau bawa kulkasnya yang rusak" katanya menerangkan kedatangannya. "maaf pak, kulkas dirumah tidak rusak, bapak salah alamat" sahut ibu. "tapi saya dapat laporan bahwa kulkas dirumah ini rusak" kata tukang servis itu lagi. "kulkasku tidak rusak pak, yang ada mesin cuci kami yang rusak tapi itupun sudah dibawa sama teman bapak" sahut ibu agak ketus, "oya ngomong2, darimana bapak tahu mesin cuci kami rusak..?" lanjut ibu lagi sambil melihat tajam kearah si tukang servis didepannya. "emm... tadi kami mendapat laporan dari... aduh siapa yah namanya..?" sahut tukang servis didepan ibu gagap. Belum lagi ibu bicara, ponsel ibu berdering, rupanya abah yang menelepon "bu, barusan toko.... servis, menelepon katanya mesin cuci kita mau dibetulin atau nggak..?" tanya abah, wah ibu jadi bertambah bingung, tetapi akhirnya ibu ngambil keputusan untuk tidak diperbaiki, karena berbagai alasan. Setelah itu akhirnya tukang servis dan mobilnya pergi. Saat itu ibu tidak bisa berfikir banyak, yang ada ibu sudah mengikhlaskan kalau seandainya mesin cuci rusak itu tidak kembali. Sore harinya, mobil servis barang2 elektronik itu datang lagi sambil membawa mesin cuci rusak. Si tukang servisnya bilang "maaf ya pak, kami salah alamat". (terakhir ibu tahu bahwa tukang servis tau nomor ponsel abah dari kakek).
***
Bukan uang seribu, dua ribu yang ibu permasalahkan, tetapi kejujuran, keterusterangan yang ibu jungjung tinggi. dan sekarang ibu jadi lebih berhati-hati kalau belanja atau apapun itu, dan satu yang pasti ibu tidak akan pernah mendatang lagi penjual yang sama yang -menurut ibu- telah melakukan ketidak jujuran atau ketidak terusterangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar