masih tentang kucing, ibu teringat kisah dimasa lalu, saat ibu masih duduk dibangku SMP. Saat itu kucing betina ibu mulai memasuki usia puber, beberapa kali ibu melihat "butikeuk" -nama panggilan kesayangan keluarga ibu pada kucing betina itu- sedang kejar-kejaran dengan kucing jantan liar.
terusterang saat awal nama "butikeuk" diusulkan, ibu dan adik-adik yang terhasut provokasi ibu sempat protes, menurut ibu nama itu begitu aneh, janggal, dan sedikit memalukan. selain itu ibu merasa jerih payah ibu mencari nama yang tepat untuk kucing betina itu sia-sia. ibu sendiri sudah memproklamirkan nama "florentina" buat kucing itu jauh-jauh hari. sebuah nama yang keren dan terdengar lebih cantik. hanya saja mamah keukeuh pada pendiriannya bahwa nama kucing tersebut adalah "butikeuk", sesuai dengan karakternya yaitu pendek, gendut, dan lincah. akhirnya semua orang dirumah memanggilnya dengan panggilan pilihan mamah. bahkan sampai paman, bibi dan semua sepupupun ikut memanggilnya dengan nama kampungan itu. akhirnya ibu menyerah dan ikut-ikutan memanggilnya "butikeuk". *_*
kembali ke masalah pubernya si butikeuk...!
kebanyakan orang menganggap kucing itu adalah sebagai binatang peliharaan saja, tidak lebih. sehingga kebanyakan orang memelihara hanya terbatas pada memberi makan saja atau sesekali memandikannya. bagi ibu dan adek-adek kehadiran butikeuk dirumah sudah melampaui batasan diatas tersebut. ibu dan adik-adik merasa butikeuk sudah menjadi bagian dari keluarga. oleh karenanya ibu tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. salah satunya seperti hamil dan mempunyai anak.
bagaimanapun dengan bertambahnya jumlah kucing dirumah, tentu akan menambah masalah, jadi sebisa mungkin Butikeuk tidak boleh HAMIL..!
bagaimanapun dengan bertambahnya jumlah kucing dirumah, tentu akan menambah masalah, jadi sebisa mungkin Butikeuk tidak boleh HAMIL..!
untuk itu ibu rela mencari informasi tentang keberadaan dokter hewan sebanyak-banyaknya, saat itu sangat jarang sekali terdengar keberadaan dokter hewan, apalagi dikota kecil tempat ibu tinggal. untung saja rumah ibu satu komplek dengan dinas peternakan. jadi dari sanalah ibu mengenal dokter agus. dokter hewannya butikeuk dikemudian hari.
****
suatu sore, sepulang sekolah, ibu berencana membawa butikeuk ketempat prakteknya dokter agus di jalan. otista. ibu sudah duduk manis didalam becak, sambil menggendong kardus yang berisikan butikeuk yang tampak sedikit gelisah. sampai ditempat praktek, ibu langsung dipersilahkan masuk oleh sang dokter yang terlihat tidak seperti dokter pada umumnya. begitupun ruang perakteknya betul-betul tidak mirip tempat praktek dokter seperti yang ibu pernah lihat selama itu, maklum hari itu adalah pertama kalinya ibu bertemu dan mendatangi tempat praktek dokter hewan. sepertinya ruangannya lebih mirip kamar kost yang penuh dengan baju-baju bekas pakai bergelantungan dibalik pintu.
"ehm.." dokter hewan itu berdehem agak keras, mengagetkan ibu dan butikeuk yang asyik memperhatikan sekeliling ruangan praktek. "ada perlu apa de..?" tanyanya ramah. "erm..ini dok, kucingnya pengen disuntik biar ga bisa hamil.." sahut ibu sedikit gugup. "oh..gitu..sekalian aja, suntik rabies dan suntik biar ga cacingan yah..?" ujar pak dokter sambil sibuk mempersiapkan alat dan obat-obatannya. "boleh deh..." jawab ibu setelah berfikir beberapa saat. "oya namanya siapa..?" tanya dokter itu lagi. "evi dok.." jawab ibu sambil tersenyum manis. "wah nama kucingnya bagus yah..." sahut dokter itu ikut tersenyum. "oh.. evi itu nama saya dok, kalau nama kucingnya butikeuk.." sahut ibu agak terbata-bata antara kaget dan malu. "oh... kirain nama kucingnya evi..." lanjut dokter itu lagi sambil tetap tersenyum. Ya ampuunn...ibu merasa sangat konyol dan bodoh sekali saat itu.
(bersambung) ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar