Pagi, jam 5.15, bang fathir sudah bangun, begitu juga adek, setelah cuci muka abang langsung ibu suapin, lauknya hanya dengan nugget ayam seperti yang dipesan abang sebelumnya. Tidak biasanya abang sarapan lebih cepat, mungkin abang sudah tidak sabaran untuk segera berangkat sekolah fikir ibu. Sejak malamnya tidur abang memang tidak begitu lelap, beberapa kali abang fathir bangun sambil bertanya hal yang sama, "bu, sudah pagi belum..? katanya abang mau sekolah hari ini..?" sahutnya sambil mengedip-ngedipkan mata menahan kantuk, "belum, masih gelap, bobo lagi aja nanti ibu bangunkan kalau sudah pagi.." sahut ibu sambil melihat jam dinding yang terpasang ditengah ruangan.
Jadi ketika ibu bangunkan, bang fathir langsung menurut saja tanpa ada protes ataupun keluh kesah sedikitpun :-)
Setelah selesai sarapan, abang langsung mandi bareng abah lalu sholat shubuh, sementara ibu nyuapin adek yang sejak dari tadi pagi sudah ikut-ikutan bangun pagi. Tidak begitu susah kalau nyuapin adek, sebentar saja, semangkuk bubur susu hangat sudah adek habiskan. Beres nyuapin dan membersihkan adek, ibu langsung membuat sarapan untuk abah, sepiring mie goreng dengan telor ceplok goreng, dan memberi topping pada donat yang akan abang fathir bawa kesekolah. Sambil menunggu waktu berangkat sekolah, abang nonton film kartun di channel favoritnya sambil tidur-tiduran.
Jam 7 kurang 15 menit, semuanya sudah siap, termasuk ibu yanga akan mengantar abang kesekolah pagi itu. Cuaca sedikit gelap, awan hitam bergulung-gulung diatas kota balikpapan, "wah akan hujan besar nih hari ini.." sahut abah sambil memperhatikan awan-awan tersebut dari teras depan rumah. "abah berangkatnya naik motor saja lah, ibu dan abang naik mobil saja, kalau abah yang bawa mobil nanti takut siang abah ga bisa jemput abang, hari ini abah harus nyelesaikan kerjaan", sahut abah sambil bergegas menghidupkan motornya takut hujan keburu turun, "abah usahakan nengok abang di sekolah, tapi kalau tidak hujan ya...". sahut abah lagi sambil berpamitan pada ibu dan abang. Tidak berapa lama ibu dan abangpun menyusul abah pergi, menuju SDIT Istiqamah, sekolah barunya abang fathir. Sementara adek ditinggal dirumah bersama si mbak, soalnya adek sudah terlihat ngantuk selesai mandi pagi tadi, biarlah adek melanjutkan tidurnya lagi dirumah fikir ibu.
Sampai di sekolah, tempat parkir sudah penuh dengan mobil yang mengantar jemput anak sekolah, maklum dihari pertama masuk sekolah sepertinya semua orang tua ingin mengantar anaknya masing-masing, termasuk ibu, jadi ibu harus memarkir mobil agak lebih jauh jadinya.
Hujan mulai turun rintik-rintik, abang dan ibu bergegas masuk kedalam gedung sekolah, bergabung dengan anak murid baru dan para pengantarnya lainnya. 'selamat ya, abang sudah masuk SD.." bisik ibu sambil menjabat tangan abang dalam rangka membesarkan hati abang fathir yang sedikit terlihat gugup. Abang cuman tersenyum.
Hujan mulai turun rintik-rintik, abang dan ibu bergegas masuk kedalam gedung sekolah, bergabung dengan anak murid baru dan para pengantarnya lainnya. 'selamat ya, abang sudah masuk SD.." bisik ibu sambil menjabat tangan abang dalam rangka membesarkan hati abang fathir yang sedikit terlihat gugup. Abang cuman tersenyum.
7.30, semua anak murid baru berbaris didepan kelasnya masing-masing, termasuk abang fathir yang terlihat asyik memperhatikan semua teman-teman barunya itu.
Setelah semua murid masuk kelas, ruang kelas langsung ditutup oleh ibu guru-nya. Terpaksa para pengantar hanya bisa melihat anaknya masing-masing lewat jendela kelas yang letaknya lumayan tinggi, ibu saja sampai harus berjinjit-jinjit agar bisa melihat abang fathir didalam kelas. Untung saja abang fathir terlihat bisa menyesuaikan dengan suasana barunya, soalnya ada beberapa anak perempuan yang mulai menangis histeris memanggil ibunya masing-masing saat pintu kelas ditutup. Karena terlihat berjalan dengan baik, maka ibu memutuskan pulang lebih awal, lagian waktu menunjukan jam 9 pagi. Saat itu hujan turun dengan deras. Ibu sudah khawatir terjebak banjir saat pulang.
Setelah semua murid masuk kelas, ruang kelas langsung ditutup oleh ibu guru-nya. Terpaksa para pengantar hanya bisa melihat anaknya masing-masing lewat jendela kelas yang letaknya lumayan tinggi, ibu saja sampai harus berjinjit-jinjit agar bisa melihat abang fathir didalam kelas. Untung saja abang fathir terlihat bisa menyesuaikan dengan suasana barunya, soalnya ada beberapa anak perempuan yang mulai menangis histeris memanggil ibunya masing-masing saat pintu kelas ditutup. Karena terlihat berjalan dengan baik, maka ibu memutuskan pulang lebih awal, lagian waktu menunjukan jam 9 pagi. Saat itu hujan turun dengan deras. Ibu sudah khawatir terjebak banjir saat pulang.
Ditengah perjalanan, beberapa ruas jalan memang dipenuhi air hujan yang sudah tidak tertampungi oleh saluran air disekitarnya. Untung saja tingginya hanya sampai semata kaki, tapi yang membuat resah yaitu kemacetan yang ditimbulkan akibat salah satu kegiatan PON saat itu. rupanya disaat bersamaan, hari itu adalah hari terakhirnya kegiatan PON di Balikpapan, yaitu pertandingan gerak jalan drumband. jadi 1 ruas jalan terpaksa ditutup sementara waktu selama kontingen drumband tersebut melalui jalan tersebut. bisa dipastikan Jl. Sudirman dan jalan-jalan disekitarnya macet total. Sudah 1 jam, ibu dan para pengguna jalan terjebak macet, padahal biasanya waktu tempuh antara rumah dan sekolah abang hanya sekitar 20 menit. Setelah semua kontingen PON tersebut lewat didepan jalan yang polisi blokir, arus lalulintas kembali normal.
Saat ibu berada dipertigaan menuju Jl. MT.Haryono, depan jalan tersebut telah terpasang pagar blokir yang menunjukan dilarang melewati jalan tersebut dikarenakan banjir. Padahal untuk sampai dirumah, ibu harus melalui jalan tersebut, lalu ibu memutuskan untuk membeli bensin terlebih dahulu, sambil menunggu hujan reda dan berfikir kedepannya. Saat itu ibu bertelepon ria dengan abah, abah menyarankan agar ibu pulangnya ke pasir ridge saja (ke kantornya abah) yang letaknya memang lebih tinggi. Tapi karena ibu teringat terus pada adek yang sudah ibu tinggal agak lama, akhirnya ibu memilih pulang kerumah, walaupun harus melalui Jl. MT. Haryono.
Ternyata banjir yang menggenangi jalan MT. haryono bagian depan hanya setinggi setengah lutut orang dewasa saja, sedangkan bagian yang terparah yaitu arah menuju kantor PDAM, banjirnya sampai setengah badan orang dewasa, untung saja ibu tidak harus melalui kantor PDAM untuk mencapai rumah. Jadi walaupun sambil sedikit gemetaran dan penuh keringat, tapi akhirnya ibu bisa membawa mobil sampai dirumah dengan selamat. Fhh..
2 komentar:
sekarang si abang sudah gede ya... rajin belajar dan sukses deh buat abang Fathir. As'ad juga sudah SD cuman belum jadi baju sdnya terpaksa deh make baju tk lagi...
Masih banjir bu...???
balik Duri aja he he he...
makasih tante... atas doanya, aat dah SD juga ya? satu sekolah ga dengan kiki dan iza (ratna)? ugh.. disini banjir mulu tiap hujan besar... untung aja rumahku ditempat yg tinggi, jadi bebas banjir, cuman tetep aja kalau mo kemana-mana agak susah juga soalnya jalan yg dilalui sering kena banjir, kadang kalau lagi susah ingetnya emang pengen balik ke duri lagi, sebuah tempat yang aman dari masalah kayaknya hehe..., tapi apapun yang terjadi ya dinikmati aja lah fa.. kadang mungkin masalah2 itulah yang bikin hidup itu jadi berwarna (ciyee... sok iyeh ginih hahaha...)
Posting Komentar