Nggak ada rencana keluar kota liburan sekolah akhir tahun kali ini, alasannya biasa : bokek, tapi abah tetap masih memberi pilihan, mo liburan ke jawa tapi lebaran stay di balikpapan, atau liburan nggak pergi kemana-mana tapi lebaran bisa pulang kampung alias mudik, tentu saja ibu memilih mudik dan membiarkan impian jalan-jalan keluar kota ditunda sementara waktu.
Untung saja, kegundahan hati ibu tidak berlangsung lama ketika ibu tahu di Balikpapan ada beberapa venue, tempat dilangsungkannya beberapa pertandingan olahraga, "horeeeeeyyy.... liburan kita nonton PON aja bang..." teriak ibu girang. Abang dan adek ikut-ikutan berteriak senang, "PON itu apa sih bu..?" tanya bang fathir pada akhirnya, dan ..bla..bla...bla... ibu menjeleskan sekilas tentang PON (sepengetahuan ibu saja), "asyiiikkkk abang mau nonton PON...." seru abang setelahnya, "adek mau totoonnn....." teriak adek tidak kalah nyaring. ibu dan abah cuman senyum-senyum aja melihatnya.
Hari pertandinganpun tiba, itupun setelah tahu dari jadwal pertandingan di balikpapan yang abah copy dari internet beberapa hari sebelumnya. Untuk ukuran kegiatan akbar sekala nasional, PON XVII ini sepertinya tidak begitu menggema dibalikpapan, ntah ya kalau di tempat lainnya. Sungguh sayang, publisitas tentang PON tidak seheboh dana yang dikucurkan untuk membuat beberapa gelanggang olahraga baru yang megah nian. Padahal pastinya pemerintah sudah mengeluarkan bermilyar-milyar rupiah untuk membiayai PON kali ini, kabarnya saat pembukaan PON-pun acara terkesan hambar, padahal dibuka langsung oleh Presiden RI lho.
Di Balikpapanpun promosi hanya terbatas pada spanduk yang dipasang dibeberapa ruas jalan, itupun hanya berisi motivasi untuk para atlet yang bertanding, tidak disebutkan venue cabang olahraga yang dipertandingkan, apalagi jadwal kegiatannya, jadi bagaimana masyarakat tahu dan peduli akan keberadaan pertandingan2 tersebut?
Tidak semua orang sempat membaca koran, tidak semua orang mampu mengakses internet, jadi alangkah baiknya kalau ada pemberitahuan ntah itu berupa spanduk, atau leaflet yang mempromosikan kegitan tersebut, apalagi ditambah kerjasamanya dengan berbagai radio swsta tentu masyarakat akan lebih antusias menyambutnya. Andai juga disediakan shuttle bus gratisan bagi yang akan nonton PON pasti lebih seru jadinya... akh jadi ngelantur deh.
Menjelang jam 9 pagi, ibu, abang, dan adek sudah siap berangkat nonton, agendanya hari itu adalah nonton pertandingan angkat besi di Gedung Hevindo, tidak jauh dari rumah, kurang lebih 10 menit saja kalau naik kendaraan.
Sampai ditempat, orang sudah banyak berkerumun saat itu memang sedang ada atraksi tari daerah. Karena tidak boleh parkir didekat gedung hevindo, akhirnya ibu memarkirkan mobil diplataran parkir gedung PLN, lumayan jauh juga, kurang lebih 300 meter-an dari tempat acara berlangsung.
Gedung Hevindo merupakan gedung olahraga yang sengaja dibangun untuk PON XVII, bangunannya cukup megah, letaknyapun lumayan strategis, dipinggir jalan besar MT. Haryono. Gedung tersebut hanya diperuntukan bagi pertandingan angkat berat dan angkat besi saja. Karena didalam gedung masih sangat lengang, jadi ibu, abang, dan adek memilih tempat duduk dibarisan paling depan penonton. Berbagai spanduk sponsor terpajang disekeliling ruangan, bendera dari berbagai kontingen yang ikut, dan bendera warna-warni lainnya ikut menyemarakan gedung baru tersebut. Para panitia dan official penyelenggara PON terlihat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Beberapa kamera dari stasiun tv dan tv lokal berdiri ditempat strategis. Para atlet, pelatih dan supporternya masing-masing, terlihat bergerombol, duduk-duduk santai sambil sesekali bertelepon ria. Ibu, dan abang sangat antusias dan bersemangat, sedangkan adek sibuk dengan mainan ikan-ikanannya yang sengaja dibawa dari rumah. Berkali-kali abang bertanya, sambil sesekali mengomentari apa yang dilihatnya.
Jam 10.40, acara masih juga belum dimulai, para penonton yang kebanyakan rekan-rekannya atlet dan keluarganya mulai memenuhi kursi yang tersedia. Abang mulai tampak jenuh "ibu koq lama sekali sih... kapan mulainya..?" tanyanya berulang-ulang, "sabar... sebentar lagi kayaknya..." jawab ibu ga pasti, "nanti dek jam 11 dimulainya.." sahut wartawati yang duduk disebelah ibu sambil tersenyum melihat abang yang mulai banyak protes. Waks jam 11..?, duh mana adek lagi pupup pula, kelamaan nunggu bisa-bisa ruamnya kambuh fikir ibu, karena melihat abang yang mulai tambah ga sabar, dan adek yang ga bisa diam karena popoknya mulai terasa gatal, akhirnya ibu memutuskan keluar ruangan mencari kamar mandi terdekat. Dan kamar mandi di mesjid PLN lah yang ibu pilih pada akhirnya, karena KM dalam gedung hevindo diperuntukan bagi atlet dan official PON.
"ayolah pulang bu...., abang nggak mau nonton angkat besinya lagi..., mending kita main aja ke mbak alya.." rengek abang sepanjang perjalanan, bajunya basah oleh keringat. Adekpun terlihat lelah, rambutnya yang ikal ngembang jadi terlihat layu, dipenuhi oleh keringat. Udara hari itu memang sangat panas, ditambah ibu, abang, dan adek harus bolak-balik ketempat parkir. Ibu jadi tergoda ingin cepat pulang juga akhirnya. Tetapi karena tanggung capek dan ibu betul-betul ingin menyaksikan sekaligus mengenalkan pada abang dan adek secara langsung tentang moment yang hanya berlangsung 4 tahun sekali, akhirnya ibu berusaha membujuk abang. Untuk itu ibu membelikan es krim dan beberapa makanan dan minuman untuk dimakan sambil nonton pertandingan. Biarpun sesekali masih menggerutu abang akhirnya setuju juga untuk melanjutkan lagi nontonnya PON nya.
Saat masuk lagi keruangan, tempat duduk ibu rupanya sudah diisi oleh penonton lain, jadi terpaksa ibu, dan anak-anak duduk ditempat penonton bagian atas. Waktu itu beberapa lifter putri dari berbagai provinsi sudah tampil, teriakan keras penonton yang menyemangati atlet yang berjuang rupanya membuat adek ciut. Selama menonton adek memeluk erat ibu, sementara abang serius memperhatikan jalannya acara. Sambil sesekali bertanya dan berkomentar.
Mendekati jam 12 siang, akhirnya ibu memutuskan untuk pulang, padahal acara masih berlangsung, ibu merasa sudah cukup memperlihatkan pada abang dan adek kegiatan PON hari itu. Lagian sepertinya abang dan adek sudah terlihat lelah.