Ada banyak sekali kata ikhlas yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Ibu pernah membaca sebuah surat yang bernadakan protes disebuah milist (yg ibu ikuti). Disebutkan bahwa sang nara sumber rada kecewa karena artikel yang beliau buat untuk milist itu dijiplak habis oleh member lain di milist itu juga, lalu dimuat di media massa tanpa meminta izinnya terlebih dahulu serta tanpa menyebutkan sumbernya.
Tau nggak tanggapan dari sekian banyak surat yg masuk?, intinya kebanyakan surat menyatakan bahwa, si nara sumber harus belajar menerima kenyataan tersebut dengan lapang dada alias ikhlas. Karena dengan ikhlas si nara sumber akan mendapatkan pahala yang luarrr biasaaa dari Sang Pencipta. Tidak ada seorangpun mencela tindakan si pelaku penjiplakan.
Baru-baru ini, dibeberapa stasiun tv. Muncul pula Iklan Layanan Masyarakat (ILM) tentang ibadah haji. Dalam ILM tersebut dibahas tentang teori ikhlas serta kebaikannya,
yang berinti sarikan (menekankan) bahwa para jemaah haji “harus ikhlas menerima jarak yang jauh antara pemondokan dengan tempat pelaksanaan ibadah haji”, untuk melengkapinya disebutkan pula bahwa “semakin jauh tempat beribadah akan semakin banyak pula pahala yang akan diraih oleh para jemaah tersebut”.
yang berinti sarikan (menekankan) bahwa para jemaah haji “harus ikhlas menerima jarak yang jauh antara pemondokan dengan tempat pelaksanaan ibadah haji”, untuk melengkapinya disebutkan pula bahwa “semakin jauh tempat beribadah akan semakin banyak pula pahala yang akan diraih oleh para jemaah tersebut”.
Jadi sebetulnya ikhlas itu apa sih..?
Ikhlas adalah : semata-mata bertujuan karena Allah SWT ketika melakukan ketaatan.
Ikhlas muncul dari diri masing-masing dengan sendirinya. Dengan ikhlas seseorang akan mengenyampingkan materi, popularitas, penghormatan atau peng-hargaan dirinya semata-mata karena mengharapkan ridha Allah SWT.
Ikhlas muncul dari diri masing-masing dengan sendirinya. Dengan ikhlas seseorang akan mengenyampingkan materi, popularitas, penghormatan atau peng-hargaan dirinya semata-mata karena mengharapkan ridha Allah SWT.
dari hal diatas,
ibu menyimpulkan bahwa si nara sumber yang kecewa itu bisa jadi ikhlas atau memang tidak ikhlas, atau awalnya ikhlas tetapi berakhir dengan tidak ikhlas, atau tidak ikhlas tetapi maksain jadi ikhlas (bingung..bingung deh..:-p). Tetapi diluar itu, harus ada aturan yang berlaku dan disepakati serta wajib ditaati oleh semua, agar jangan sampai ada fihak yang memanfaatkan “keikhlasan” seseorang.
ibu menyimpulkan bahwa si nara sumber yang kecewa itu bisa jadi ikhlas atau memang tidak ikhlas, atau awalnya ikhlas tetapi berakhir dengan tidak ikhlas, atau tidak ikhlas tetapi maksain jadi ikhlas (bingung..bingung deh..:-p). Tetapi diluar itu, harus ada aturan yang berlaku dan disepakati serta wajib ditaati oleh semua, agar jangan sampai ada fihak yang memanfaatkan “keikhlasan” seseorang.
Seperti pemondokan para jemaah haji indonesia yang paling jauh dibanding jemaah haji lainnya (berjarak 10 km dari tempat pelaksanaan ibadah), kasus 200 jemaah haji ONH + yang terlantar 2 hari dibandar udara Internasional Kualalumpur Malaysia, prasarana medis jamaah indonesia yang belum tertata baik, dan masih banyak contoh kasus lainnya yang sangat merugikan jamaah. Padahal ongkos berangkat haji jemaah indonesia adalah yang termahal di dunia.
Lantas semua contoh ketidak adilan diatas bisakah langsung terhapus hanya dengan kalimat “tolong di ikhlasin aja yah..”???.
Lantas semua contoh ketidak adilan diatas bisakah langsung terhapus hanya dengan kalimat “tolong di ikhlasin aja yah..”???.
Kalau ditanya ikhlas, tentu saja para jamaah itu akan ikhlas, karena niat awal mereka berkunjung kesana adalah Lillahita’ala, walaupun harus mengeluarkan segunung biaya dan harus melewati berbagai ujian. Tetapi bagi fihak yang melakukan kecerobohan/ketidak adilan apakah anda ikhlas dijuluki “si pencuri hak..?”.
Baca selengkapnya......