DaisypathAnniversary Years Ticker
Lilypie 6th to 18th PicLilypie 6th to 18th Ticker
Lilypie 3rd Birthday PicLilypie 3rd Birthday Ticker

Jumat, Juli 25

Belajar bikin "readmore"

Ibu sedang belajar bikin "readmore" atau "baca selengkapnya.." yang pernah ibu baca diantara postingan, di blog-nya orang lain. ibu baru tahu istilah itu dari blogfam'ers yang pinter-pinter dan baik hati yang mau berbagi ilmunya dengan ibu yang super duper gaptek ini (fhh... gaptek koq dipelihara...)



Setelah ngikuti semua petunjuk trik membuatnya, ibu langsung coba praktekan, dan hasilnya... eng...ing...eng... jadi seperti ini deeehh....
"ugh senang-nya.... akhirnya gitu lho....!!!", pekik ibu dalam hati saja, ga berani diluar hati takut adek ikut-ikutan memekik juga. Tau sendiri adek selalu ikutan memekik kencang tiap ada orang yang berteriak kegirangan.


Makasih banyak mbak-mbak dan mas-mas yang baik hati dan pinter, mudah-mudahan ilmunya bermanfaat... khususnya buat ibu yang tiap mau nulis suka kebingungan cari ide, tapi setelahnya... selalu kebingungan nutup tulisannya :-)
jazakumullahu khairan katsiran..



Baca selengkapnya......

Rabu, Juli 23

Nonton PON XVII

Baca selengkapnya......

Minggu, Juli 20

Cita-cita..

Semua orang pasti pernah punya cita-cita, begitupun dengan ibu ketika masih kecil dulu. Ibu masih ingat berbagai cita-cita yang pernah ibu impikan, mulai dari ingin menjadi polisi lalulintas, karena saat itu ibu sedang senang-senangnya mengikuti latihan Polisi Keamanan Sekolah (PKS) sebagai kegiatan ekstra kurikuler sekolah. Kemudian cita-cita ibu berubah lagi yaitu ingin menjadi detektif cilik karena ibu begitu terpesona oleh cerita 5 Sekawan dan cerita detektif lainnya yang sering ibu baca. Lalu ibu pernah bercita-cita menjadi seorang pengacara karena waktu itu guru ngaji ibu pernah bercerita, katanya ; ada 2 golongan manusia yang pertama akan masuk syurga yaitu pemimpin yang bijak, dan hakim yang adil.



Saat itu ibu berfikir alangkah menyenangkan bila ibu bisa menjadi salah satu orang pertama yang bisa masuk syurga, dan akhirnya ibu memilih mejadi pengacara (saat itu ibu berfikir untuk menjadi hakim harus melalui tahapan sebagai pengacara terlebih dahulu) sebagai cita-cita ibu dimasa depan. Hanya cita-cita inilah yang selalu mendapat komentar dari apa (panggilan bapak-nya ibu), apa selalu bilang "jangan pernah bercita-cita menjadi pengacara, hakim, dan sejenisnya... karena berat pertanggung jawabannya diakhirat nanti.." tegas apa setiap kali ibu berbicara tentang itu. Sungguh sampai detik ini ibu masih belum mengerti arti dari ucapan apa. Mungkin ibu harus menjadi seorang pengacara terlebih dahulu agar memahami makna pesan apa tersebut. Seiring waktu ibu pernah juga bercita-cita menjadi dokter hewan, karena ibu selalu sedih ketika harus melihat ayam atau kucing peliharaan ibu jatuh sakit. Pernah juga bercita-cita menjadi wartawan, karena ibu membayangkan bisa berpergian kemana-mana mencari berita. Dan cita-cita yang agak bertahan lama yaitu ibu ingin menjadi ahli pertanian, karena ibu senang dengan suasana pedesaan, ibu senang bercocok tanam. Biarpun cita-cita ibu tidak ada satupun yang terwujud, tapi ibu tetap senang. Karena setidaknya ibu pernah berkeinginan sesuatu yang menyenangkan.


Lain halnya dengan cita-cita bang fathir, suatu saat abang pernah berkata "aku ingin menjadi supir truk balak .."(truk besar pengangkut kayu-kayu gelondongan), setiap ibu tanya cita-citanya bang fathir. "karena truk balak itu mobil yang hebat, kuat, dan besuaarrr..." lanjutnya lagi. Mendengar itu biasanya ibu akan berkomentar " kalau begitu abang harus pintar dan kuat, karena menyetir (mengemudikan) mobil besar itu lebih susah, butuh tenaga yang besar, jadi biar bisa menyetir abang harus banyak belajar, untuk menjadi kuat abang harus banyak makan yang bergizi..". Lain waktu abang pernah bercita-cita ingin menjadi supir mobil molen (mobil pengaduk semen), alasannya tetap sama karena mobil molen itu mobil yang hebat, besar dan kuat. Abang memang mengidolakan mobil besar, semua mainannya didominasi dengan mobil jenis besar. Pernah juga abang bercita-cita, "bu, kalau sudah besar aku ingin jadi masinis kereta api saja lah, soalnya kereta api itu hebat, bisa mengangkut banyak orang.." katanya suatu saat pada ibu, lagi-lagi ibu akan mengomentari dengan komentar sebelumnya. Lalu pernah juga abang fathir bercita-cita ingin menjadi pilot setiap selesai berpergian, alasannya lagi-lagi karena pesawat itu sangat hebat, besar dan kuat. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba abang ingin menjadi astronot setelah selesai dibacakan tentang antariksa. Lalu pernah juga abang bercita-cita ingin menjadi peneliti ketika abang fathir selesai membuka-buka buku ensiklopedia-nya, lalu pernah juga bercita-cita menjadi tukang bangunan setiap selesai nonton serial " Mega structure". Pernah juga abang bercita-cita jadi tukang parkir, alasannya, "enak..., banyak yang ngasih uang.." katanya sambil tertawa senang.


Suatu hari sepulang hari pertama bersekolah di SDIT Istiqomah abang berkata "bu, aku ingin jadi ustadz saja lah.." seru bang fathir sambil membuka baju seragamnya, tentu saja ibu agak sedikit kaget, karena cita-cita yang ini agak berbeda dengan bidang sebelumnya. "soalnya biar nanti aku bisa masuk syurga.." sahut abang lagi. Ibu hanya tersenyum mendengarnya, ibu tidak pernah mempersoalkan setiap cita-cita yang pernah diucapkan abang fathir. Paling ibu akan berkomentar hal yang sama yaitu : "abang harus pintar, dan kuat". Biarlah abang fathir memiliki segudang cita-citanya, karena setiap memikirkan cita-cita pasti sangatlah menyenangkan.

Baca selengkapnya......

Rabu, Juli 16

Hari pertama masuk sekolah (pagi yang sibuk)

Pagi, jam 5.15, bang fathir sudah bangun, begitu juga adek, setelah cuci muka abang langsung ibu suapin, lauknya hanya dengan nugget ayam seperti yang dipesan abang sebelumnya. Tidak biasanya abang sarapan lebih cepat, mungkin abang sudah tidak sabaran untuk segera berangkat sekolah fikir ibu. Sejak malamnya tidur abang memang tidak begitu lelap, beberapa kali abang fathir bangun sambil bertanya hal yang sama, "bu, sudah pagi belum..? katanya abang mau sekolah hari ini..?" sahutnya sambil mengedip-ngedipkan mata menahan kantuk, "belum, masih gelap, bobo lagi aja nanti ibu bangunkan kalau sudah pagi.." sahut ibu sambil melihat jam dinding yang terpasang ditengah ruangan.



Jadi ketika ibu bangunkan, bang fathir langsung menurut saja tanpa ada protes ataupun keluh kesah sedikitpun :-)




Setelah selesai sarapan, abang langsung mandi bareng abah lalu sholat shubuh, sementara ibu nyuapin adek yang sejak dari tadi pagi sudah ikut-ikutan bangun pagi. Tidak begitu susah kalau nyuapin adek, sebentar saja, semangkuk bubur susu hangat sudah adek habiskan. Beres nyuapin dan membersihkan adek, ibu langsung membuat sarapan untuk abah, sepiring mie goreng dengan telor ceplok goreng, dan memberi topping pada donat yang akan abang fathir bawa kesekolah. Sambil menunggu waktu berangkat sekolah, abang nonton film kartun di channel favoritnya sambil tidur-tiduran.


Jam 7 kurang 15 menit, semuanya sudah siap, termasuk ibu yanga akan mengantar abang kesekolah pagi itu. Cuaca sedikit gelap, awan hitam bergulung-gulung diatas kota balikpapan, "wah akan hujan besar nih hari ini.." sahut abah sambil memperhatikan awan-awan tersebut dari teras depan rumah. "abah berangkatnya naik motor saja lah, ibu dan abang naik mobil saja, kalau abah yang bawa mobil nanti takut siang abah ga bisa jemput abang, hari ini abah harus nyelesaikan kerjaan", sahut abah sambil bergegas menghidupkan motornya takut hujan keburu turun, "abah usahakan nengok abang di sekolah, tapi kalau tidak hujan ya...". sahut abah lagi sambil berpamitan pada ibu dan abang. Tidak berapa lama ibu dan abangpun menyusul abah pergi, menuju SDIT Istiqamah, sekolah barunya abang fathir. Sementara adek ditinggal dirumah bersama si mbak, soalnya adek sudah terlihat ngantuk selesai mandi pagi tadi, biarlah adek melanjutkan tidurnya lagi dirumah fikir ibu.



Sampai di sekolah, tempat parkir sudah penuh dengan mobil yang mengantar jemput anak sekolah, maklum dihari pertama masuk sekolah sepertinya semua orang tua ingin mengantar anaknya masing-masing, termasuk ibu, jadi ibu harus memarkir mobil agak lebih jauh jadinya.
Hujan mulai turun rintik-rintik, abang dan ibu bergegas masuk kedalam gedung sekolah, bergabung dengan anak murid baru dan para pengantarnya lainnya. 'selamat ya, abang sudah masuk SD.." bisik ibu sambil menjabat tangan abang dalam rangka membesarkan hati abang fathir yang sedikit terlihat gugup. Abang cuman tersenyum.



7.30, semua anak murid baru berbaris didepan kelasnya masing-masing, termasuk abang fathir yang terlihat asyik memperhatikan semua teman-teman barunya itu.
Setelah semua murid masuk kelas, ruang kelas langsung ditutup oleh ibu guru-nya. Terpaksa para pengantar hanya bisa melihat anaknya masing-masing lewat jendela kelas yang letaknya lumayan tinggi, ibu saja sampai harus berjinjit-jinjit agar bisa melihat abang fathir didalam kelas. Untung saja abang fathir terlihat bisa menyesuaikan dengan suasana barunya, soalnya ada beberapa anak perempuan yang mulai menangis histeris memanggil ibunya masing-masing saat pintu kelas ditutup. Karena terlihat berjalan dengan baik, maka ibu memutuskan pulang lebih awal, lagian waktu menunjukan jam 9 pagi. Saat itu hujan turun dengan deras. Ibu sudah khawatir terjebak banjir saat pulang.




Ditengah perjalanan, beberapa ruas jalan memang dipenuhi air hujan yang sudah tidak tertampungi oleh saluran air disekitarnya. Untung saja tingginya hanya sampai semata kaki, tapi yang membuat resah yaitu kemacetan yang ditimbulkan akibat salah satu kegiatan PON saat itu. rupanya disaat bersamaan, hari itu adalah hari terakhirnya kegiatan PON di Balikpapan, yaitu pertandingan gerak jalan drumband. jadi 1 ruas jalan terpaksa ditutup sementara waktu selama kontingen drumband tersebut melalui jalan tersebut. bisa dipastikan Jl. Sudirman dan jalan-jalan disekitarnya macet total. Sudah 1 jam, ibu dan para pengguna jalan terjebak macet, padahal biasanya waktu tempuh antara rumah dan sekolah abang hanya sekitar 20 menit. Setelah semua kontingen PON tersebut lewat didepan jalan yang polisi blokir, arus lalulintas kembali normal.




Saat ibu berada dipertigaan menuju Jl. MT.Haryono, depan jalan tersebut telah terpasang pagar blokir yang menunjukan dilarang melewati jalan tersebut dikarenakan banjir. Padahal untuk sampai dirumah, ibu harus melalui jalan tersebut, lalu ibu memutuskan untuk membeli bensin terlebih dahulu, sambil menunggu hujan reda dan berfikir kedepannya. Saat itu ibu bertelepon ria dengan abah, abah menyarankan agar ibu pulangnya ke pasir ridge saja (ke kantornya abah) yang letaknya memang lebih tinggi. Tapi karena ibu teringat terus pada adek yang sudah ibu tinggal agak lama, akhirnya ibu memilih pulang kerumah, walaupun harus melalui Jl. MT. Haryono.



Ternyata banjir yang menggenangi jalan MT. haryono bagian depan hanya setinggi setengah lutut orang dewasa saja, sedangkan bagian yang terparah yaitu arah menuju kantor PDAM, banjirnya sampai setengah badan orang dewasa, untung saja ibu tidak harus melalui kantor PDAM untuk mencapai rumah. Jadi walaupun sambil sedikit gemetaran dan penuh keringat, tapi akhirnya ibu bisa membawa mobil sampai dirumah dengan selamat. Fhh..


Baca selengkapnya......

Selasa, Juli 8

Liburan sekolah (nonton PON XVII - angkat besi)

Nggak ada rencana keluar kota liburan sekolah akhir tahun kali ini, alasannya biasa : bokek, tapi abah tetap masih memberi pilihan, mo liburan ke jawa tapi lebaran stay di balikpapan, atau liburan nggak pergi kemana-mana tapi lebaran bisa pulang kampung alias mudik, tentu saja ibu memilih mudik dan membiarkan impian jalan-jalan keluar kota ditunda sementara waktu.




Untung saja, kegundahan hati ibu tidak berlangsung lama ketika ibu tahu di Balikpapan ada beberapa venue, tempat dilangsungkannya beberapa pertandingan olahraga, "horeeeeeyyy.... liburan kita nonton PON aja bang..." teriak ibu girang. Abang dan adek ikut-ikutan berteriak senang, "PON itu apa sih bu..?" tanya bang fathir pada akhirnya, dan ..bla..bla...bla... ibu menjeleskan sekilas tentang PON (sepengetahuan ibu saja), "asyiiikkkk abang mau nonton PON...." seru abang setelahnya, "adek mau totoonnn....." teriak adek tidak kalah nyaring. ibu dan abah cuman senyum-senyum aja melihatnya.

Hari pertandinganpun tiba, itupun setelah tahu dari jadwal pertandingan di balikpapan yang abah copy dari internet beberapa hari sebelumnya. Untuk ukuran kegiatan akbar sekala nasional, PON XVII ini sepertinya tidak begitu menggema dibalikpapan, ntah ya kalau di tempat lainnya. Sungguh sayang, publisitas tentang PON tidak seheboh dana yang dikucurkan untuk membuat beberapa gelanggang olahraga baru yang megah nian. Padahal pastinya pemerintah sudah mengeluarkan bermilyar-milyar rupiah untuk membiayai PON kali ini, kabarnya saat pembukaan PON-pun acara terkesan hambar, padahal dibuka langsung oleh Presiden RI lho.

Di Balikpapanpun promosi hanya terbatas pada spanduk yang dipasang dibeberapa ruas jalan, itupun hanya berisi motivasi untuk para atlet yang bertanding, tidak disebutkan venue cabang olahraga yang dipertandingkan, apalagi jadwal kegiatannya, jadi bagaimana masyarakat tahu dan peduli akan keberadaan pertandingan2 tersebut?

Tidak semua orang sempat membaca koran, tidak semua orang mampu mengakses internet, jadi alangkah baiknya kalau ada pemberitahuan ntah itu berupa spanduk, atau leaflet yang mempromosikan kegitan tersebut, apalagi ditambah kerjasamanya dengan berbagai radio swsta tentu masyarakat akan lebih antusias menyambutnya. Andai juga disediakan shuttle bus gratisan bagi yang akan nonton PON pasti lebih seru jadinya... akh jadi ngelantur deh.
Menjelang jam 9 pagi, ibu, abang, dan adek sudah siap berangkat nonton, agendanya hari itu adalah nonton pertandingan angkat besi di Gedung Hevindo, tidak jauh dari rumah, kurang lebih 10 menit saja kalau naik kendaraan.
Sampai ditempat, orang sudah banyak berkerumun saat itu memang sedang ada atraksi tari daerah. Karena tidak boleh parkir didekat gedung hevindo, akhirnya ibu memarkirkan mobil diplataran parkir gedung PLN, lumayan jauh juga, kurang lebih 300 meter-an dari tempat acara berlangsung.
Gedung Hevindo merupakan gedung olahraga yang sengaja dibangun untuk PON XVII, bangunannya cukup megah, letaknyapun lumayan strategis, dipinggir jalan besar MT. Haryono. Gedung tersebut hanya diperuntukan bagi pertandingan angkat berat dan angkat besi saja. Karena didalam gedung masih sangat lengang, jadi ibu, abang, dan adek memilih tempat duduk dibarisan paling depan penonton. Berbagai spanduk sponsor terpajang disekeliling ruangan, bendera dari berbagai kontingen yang ikut, dan bendera warna-warni lainnya ikut menyemarakan gedung baru tersebut. Para panitia dan official penyelenggara PON terlihat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Beberapa kamera dari stasiun tv dan tv lokal berdiri ditempat strategis. Para atlet, pelatih dan supporternya masing-masing, terlihat bergerombol, duduk-duduk santai sambil sesekali bertelepon ria. Ibu, dan abang sangat antusias dan bersemangat, sedangkan adek sibuk dengan mainan ikan-ikanannya yang sengaja dibawa dari rumah. Berkali-kali abang bertanya, sambil sesekali mengomentari apa yang dilihatnya.
Jam 10.40, acara masih juga belum dimulai, para penonton yang kebanyakan rekan-rekannya atlet dan keluarganya mulai memenuhi kursi yang tersedia. Abang mulai tampak jenuh "ibu koq lama sekali sih... kapan mulainya..?" tanyanya berulang-ulang, "sabar... sebentar lagi kayaknya..." jawab ibu ga pasti, "nanti dek jam 11 dimulainya.." sahut wartawati yang duduk disebelah ibu sambil tersenyum melihat abang yang mulai banyak protes. Waks jam 11..?, duh mana adek lagi pupup pula, kelamaan nunggu bisa-bisa ruamnya kambuh fikir ibu, karena melihat abang yang mulai tambah ga sabar, dan adek yang ga bisa diam karena popoknya mulai terasa gatal, akhirnya ibu memutuskan keluar ruangan mencari kamar mandi terdekat. Dan kamar mandi di mesjid PLN lah yang ibu pilih pada akhirnya, karena KM dalam gedung hevindo diperuntukan bagi atlet dan official PON.
"ayolah pulang bu...., abang nggak mau nonton angkat besinya lagi..., mending kita main aja ke mbak alya.." rengek abang sepanjang perjalanan, bajunya basah oleh keringat. Adekpun terlihat lelah, rambutnya yang ikal ngembang jadi terlihat layu, dipenuhi oleh keringat. Udara hari itu memang sangat panas, ditambah ibu, abang, dan adek harus bolak-balik ketempat parkir. Ibu jadi tergoda ingin cepat pulang juga akhirnya. Tetapi karena tanggung capek dan ibu betul-betul ingin menyaksikan sekaligus mengenalkan pada abang dan adek secara langsung tentang moment yang hanya berlangsung 4 tahun sekali, akhirnya ibu berusaha membujuk abang. Untuk itu ibu membelikan es krim dan beberapa makanan dan minuman untuk dimakan sambil nonton pertandingan. Biarpun sesekali masih menggerutu abang akhirnya setuju juga untuk melanjutkan lagi nontonnya PON nya.
Saat masuk lagi keruangan, tempat duduk ibu rupanya sudah diisi oleh penonton lain, jadi terpaksa ibu, dan anak-anak duduk ditempat penonton bagian atas. Waktu itu beberapa lifter putri dari berbagai provinsi sudah tampil, teriakan keras penonton yang menyemangati atlet yang berjuang rupanya membuat adek ciut. Selama menonton adek memeluk erat ibu, sementara abang serius memperhatikan jalannya acara. Sambil sesekali bertanya dan berkomentar.
Mendekati jam 12 siang, akhirnya ibu memutuskan untuk pulang, padahal acara masih berlangsung, ibu merasa sudah cukup memperlihatkan pada abang dan adek kegiatan PON hari itu. Lagian sepertinya abang dan adek sudah terlihat lelah.

Baca selengkapnya......

Kamis, Juli 3

Gara2 harga gas selangit, ibu mencak-mencak...

Saat ini harga isi tabung gas nembus angka Rp. 90.000,- / 12 kg di balikpapan, kaget campur kesel jadinya, gimana nggak gitu sebelumnya harga gas cuman Rp. 60.000,-/tabung, tiba-tiba cuman selang 1 bulan aja harganya sampe melambung jauh banget, dan yang tambah bikin sebelnya yaitu karena gas susah banget dicari, udahmah mahal.... langka pula, menyebalkan...!!!




Menurutku fihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah :

1. Pemerintah,
karena telah mencabut subsidi gas untuk kalangan industri tetapi tanpa dibarengi dengan peraturan yang jelas, menyebabkan kalangan industri memborong gas yang seharusnya diperuntukan oleh kalangan rumah tangga, yang pada akhirnya kebijakan tersebut salah sasaran, dan ujung2nya masyarakat yang dirugikan.

Solusinya :

Buat peraturan dong, buat undang-undang yang jelas, siapa-siapa aja yang berhak menerima gas yang bersubsidi dengan yang nggak, bagi yg ngelanggar termasuk semua fihak yang bekerjasama dg sipelanggar kenai hukuman yg seberat-beratnya.
  • Awasi pendistribusian gas, bagi out let gas yg nimbun or ngejual ke fihak industri, beri hukuman yg berat, cabut izin usahanya.
  • Pendistribusian gas jangan hanya dimonopoli oleh pertamina aja, cobalah terbuka bagi perusahaan lain, jadi tidak ada kata stok gas yg menipis atau macet, dengan adanya produsen lain yg berjualan akan membuat persaingan bisnis yang sehat.
  • (langkah terakhir) Stop subsidi gas!!!. artinya kalau sudah tidak ada yang disubsidi orang tidak akan ada yang nimbun, tidak akan ada yg jual keluar negeri, soal harga jadi mahal???, akh... sekarang aja yg katanya untuk kalangan rumah tangga masih disubsidi tapi nyatanya harga tetep muahaaaaaaaaaalllll benerrrr....., yang ada malah para penimbuner, fihak industri nakal, dan orang2 jahat lainnya yang ongkah-ongkah kaki menikmati subsidi gas.

    2. Penimbuner

    fihak yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, fihak yg ingin mengeruk keuntungan dalam penderitaan orang lain, dengan cara menimbun gas yang seharusnya mereka jual, agar langka dipasaran yang otomatis akan menaikan harga jual gas mereka, padahal para penimbun tersebut membeli gas-gas tersebut dengan harga normal pada pertamina. dampaknya banyak banget bahkan bisa ngerusak stabilitas perekonomian. Bayangin aja, kalau seandainya saya adalah sebagai penjual nasi goreng dipinggir jalan yang berjualan dengan menggunakan gas sebagai alat memasaknya yang saya beli dengan harga yang selangit, tentunya saya akan menaikan nilai jual nasi goreng yang saya buat, kalau seandainya pembeli nasi goreng saya adalah para supir angkot, atau pedagang kecil-kecilan tentunya mereka pun akan mencari uang tambahan lain agar dapat membayar nasi goreng saya yang sudah saya naikan harganya, alhasil para supir angkot and tukang jualan tersebut akan menaikan tarif ongkos angkot dan atau harga jual barang2 mereka, ujung-ujungnya semua akan kena dampak kenaikan harga diberbagai bidang hanya gara-gara harga gas yang selangit yang diakibatkan penimbuner yang ingin mencari untung.


    Nah orang-orang seperti inilah yang seharusnya diberi hukuman yang seberat-beratnya, dan dicabut izin usahanya, karena sudah merusak hak hidup orang banyak.

    Baca selengkapnya......
  •